Wednesday, November 7, 2012

Multikulturalisme


Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
 “Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007).
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174).
Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).

Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa multikulturalisme adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa budaya. Masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Contoh multikulturalisme yaitu Negara Indonesia, dimana Indonesia memiliki banyak puau sehingga beragam budaya pula, namun dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat membuat masyarakat Indonesia tetap bersatu walaupun memiliki banyak perbedaan yang signifikan pada setiap kebudayaan.



Referensi:
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDVuZV0lkgO4YAC4IDgs4nniTODQlpWdaAbi_892MedAOfWY2NYcm2gYIrh9m_iJV_4ip5cdqRsYJ6WLNj6QohV000trHVHiwPd1AAnt6uFMJs4_fKpTLps-1SZ6Ht0hyAt2zfVhxF_OM/s400/multiculturalism.jpg

Tuesday, November 6, 2012

Akulturasi Psikologis

Menurut Koentjaraningrat (dalam Prabowo, 1996), akulturasi adalah proses sosial yang timbul  apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan tersebut. Akulturasi, seperti didefinisikan oleh Prof. Stroink (dalam Berry, 1996), adalah proses dimana individu mengadopsi suatu kebudayaan baru, termasuk juga mengasimilasikan dalam praktek, kebiasaan-kebiasaan, dan nilai-nilai.

Perkembangan penting  dari studi tentang akulturasi didapat dari Graves (1967), yang membedakan akulturasi antara tingkat individu dan pada tingkat kelompok. Dia merujuk akulturasi psikologis  (psychological acculturation) mengindikasikan perubahan yang dialami pada tingkat individu,  dan perilaku serta identitas sebagai hal yang dihubungkan dalam perubahan sosial pada tingkat kelompok (dalam Berry dkk, 1996; 1999). Pada tingkat individu, semua aspek perilaku yang ada dalam individu akan dirujuk sebagai perilaku yang akan berubah, yang akan menjadi dua komponen perilaku dalam strategi akulturasi individu tersebut (Berry dkk., 1999), yaitu melindungi kebudayaan dan mempelajari kebudayaan. Kedua komponen tersebut jarang dapat dilakukan dengan sempurna dalam satu kegiatan, tetapi lebih sering keduanya dilakukan secara selektif, yang akan menghasilkan dua sikap, mempertahankan atau berubah.

Secara garis besar, ada dua faktor yang menyebabkan akulturasi dapat terjadi, yaitu:
Faktor Intern:
·         Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
·         Adanya penemuan baru. Discovery --- penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention --- penyempurnaan penemuan baru. Innovation --- pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
·         Konflik yang terjadi dalam masyarakat.
·         Pemberontakan atau revolusi
Faktor Ekstern:
·         Perubahan alam
·         Peperangan
·         Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).

Berdasarkan penjelasan diatas, menurut saya akulturasi psikologis adalah keadaan psikologis (individu) dalam mengalami perubahan-perubahan sosial. Misalnya, seorang karyawan yang bekerja di Yogyakarta dipromosi ke luar daerah (Medan) maka karyawan tersebut  mengalami perubahan sosial yang dimana memiliki kebudayaan yang berbeda. Dan karyawan tersebut lambat laun akan mengikuti kebudayaan di tempatnya sekarang seperti bahasa dan norma-norma yang ada. Akan tetapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya.


Referensi:

Wednesday, October 31, 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural


Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara Simfoni Semesta Raya.
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.
Contoh lain, masyarakat pendatang berkomunikasi dengan masyarakat setempat dalam acara syukuran, secara tidak langsung masyarakat pendatang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu milik mereka untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan setempat tanpa menghilangkan kebudayaan setempat.

Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku Intercultural Communication: A Reader dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat dua budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.

Menurut saya, Akulturasi dan relasi internakultural yaitu adanya proses komunikasi antar dua budaya yang berbeda sehingga terjadinya interaksi. Dengan adanya akulturasi maka adanya pertemuan antara dua kebudayaan yang berbeda. Akulturasi dan inkulturasi merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain, akulturasi sebagai perubahan budaya yang ditandai dengan adanya hubungan antara dua kebudayaan, keduanya saling memberi dan menerima.  Sedangkan inkulturasi mendukung kegiatan member dan menerima dengan komunikasi yang dilakukan antar budaya tersebut.



Daftar Referensi:

gambar:
http://zakariazeky.files.wordpress.com/2012/02/isd1.png?w=640


Tuesday, October 2, 2012

Transmisi Budaya dan Biologis

Transmisi Budaya

1.    Transmisi Vertikal
•    General Acculturation
Dari orang yang lebih tua atau orang tua, pada budaya sendiri (intra) informal.
Ex: anak disiplin karena melihat orang tuanya.
•    Specific Socialization
Peristiwa yang disengaja, terarah dan sistematis.
Ex: anak di didik untuk tidak membantah orang tua. (pendidikan formal).

2.    Oblique Transmision
Dari orang dewasa lain yang budayanya sama (akulturasi/sosialisasi) dan dari orang yang budayanya beda (akulturasi/resosialisasi)
•    General Acculturation
Orang dewasa yang budayanya sama
Ex: anak meniru sopan-santun orang dewasa, misalnya guru.
•    Specific Socialization
Ex: guru menanamkan sifat-sifat kerjasama.
•    General Acculturation
Orang dewasa yang berbudaya beda.
Ex: model pakaian

3.    Horizontal Transmision
•    General Aacculturation
Dari teman sebaya pada budaya yang sama.
Ex: anak ikut-ikutan meminum minuman alkohol karena ikut temannya.
•    Specific Socialization
Ex: ketika diskusi kelompok, anak mengikuti aturan yang berlaku misalnya berbicara bergantian.

Perbedaan Enkulturasi dengan Akulturasi
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Mempelajari mengenai budaya, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan dengan gen. Orang tua, teman-teman, lembaga sekolah, dan pemerintahan adalah guru utama di bidang kultur. Dan enkulturasi terjadi melaui mereka.
Sedangkan akulturasi mengacu pada proses dimana kultur diperbaiki dan dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur yang lain. Sebagai contoh, apabila ada sekelompok imigran yang kemudiam menetap di Amerika Serikat (kultur tan rumah), maka kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur Tuan rumah ini. Lama kelamaan, nilai, dan cara berperilaku serta kepercayaan dari kultur tuan rumah ini akan menjadi bagian dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

Pengaruh Trasmisi Budaya terhadap Perkembangan Psikologi Individu

1.    Pengaruh Enkulturasi terhadap Perkembangan Psikologi Individu
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian pikiran serta sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang berlaku dalam hidup dan kebudayaannya.
2.    Pengaruh Akulturasi terhadap Perkembangan Psikologi Individu
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul ketika suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.

Awal masa perkembangan dan pola kelekatan pada ibu atau pengasuh
Kelekatan pada ibu atau pengasuh sangat mempengaruhi masa perkembangan anak. Terbentuknya perilaku anak dapat dilihat dari bagaimana pola asuh anak tersebut selama masa perkembangannya. Misalnya, anak dididik untuk selalu disiplin, maka anak tersebut akan terbentuk disiplin, anak melihat orang tuanya selalu bertutur kata sopan maka anak tersebut akan bertutur kata sopan pula. Namun ketika anak berada pada lingkungan social dan pengasuh atau ibu tidak memperhatikan pergaulannya, maka anak tersebut akan terbawa budaya asing (diluar yang diajarkan orangtuanya). Misalnya ketika temannya mengucapkan kata-kata kasar dan sering didengar anak tersebut maka anak tersebut akan mengikuti perkataan-perkataan yang sering diucapkan teman—temannya.




Referensi:
http://www.scribd.com/doc/68996864/TRANSMISI-BUDAYA
http://id.shvoong.com/law-and-politics/family-law/2245698-enkulturasi-dan-akulturasi/



Gambar: http://www.google.co.id/imgres?start=596&um=1&hl=id&sa=N&biw=1280&bih=671&tbm=isch&tbnid=_J5NBQnqtb8MzM:&imgrefurl=http://arief-relation.blogspot.com/&docid=AjV7UW9qe8ZsyM&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBIwqJQwIk8z812Fas1fheSypXQeF1UT_blHnWBSGcY_PDdM9UQiOGNhku1s2vMe0v5PFVtqMrDemIBwfscaG-MYesteqEwAW2FCag94uKxH_KAb-4Hj4VRLqkoqZPFwLwqvbu28UaYbpu/s320/gmr%252B1.jpg&w=259&h=194&ei=DA5rUL-9AobjrAenioDADg&zoom=1&iact=hc&vpx=852&vpy=312&dur=281&hovh=155&hovw=207&tx=75&ty=35&sig=103950991616627445009&page=27&tbnh=155&tbnw=207&ndsp=21&ved=1t:429,r:9,s:596,i:34


Psikologi Lintas Budaya

Psikologi lintas budaya adalah bagian dari ilmu psikologi, psikologi lintas budaya membahas mengenai persamaan dan perbedaan fungsi individu dalam berbagai budaya dan kelompok etnik secara psikologis, mengenai hubungan-hubungan di antara psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis, serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung.

Menurut Segall (Dasen dan Poortinga) psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok yaitu: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas: Riset lintas-budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku.

Tujuan  Psikologi Lintas Budaya yaitu memungkinkan kita melihat disiplin ilmu Psikologi dari perspektif ragam budaya. Namun, ragam budaya yang dipelajari dalam Psikologi Lintas Budaya lebih menitik beratkan pada tata pandang dan cara berpikir Barat (Amerika & Eropa), sedangkan di Amerika Serikat sendiri terdapat keragaman budaya dan konflik antar budaya, karena memang mereka mulanya berasal dari berbagai ras, etnis dan bangsa yang berbeda. Studi Psikologi Lintas Budaya dengan mengacu pada kondisi di Barat hanya bagian dari studi Psikologi Lintas Budaya yang seharusnya dikuasai oleh para ilmuwan pendidikan di Indonesia. Namun yang lebih penting adalah mempelajari juga PLB yang bernuansa nusantara, mengingat Negara Indonesia memiliki banyak budaya yang beraneka ragam. Akhirnya, studi Psikologi Lintas Budaya memang diperlukan agar membawa kita pada pemahaman yang baik dan benar, sekaligus menghargai, menghormati dan merasakan perbedaan budaya (cultural diversity) dan pengaruhnya pada perilaku manusia tapi tetap untuk tidak melakukan keputusan dan penilaian terhadap mana perilaku yang benar atau salah dan baik atau buruk.

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan disiplin ilmu lain:
  1. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok.
·         Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Sosial memiliki hubungan, dimana di psikologi lintas budaya membahas mengenai psikologis seseorang dengan perubahan-perubahan yang berlangsung, sedangkan psikologi sosial membahas mengenai bagaimana individu dapat berinteraksi terhadap individu maupun kelompok yang berbeda budayanya dengan baik.
  1. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Menurut Soerjono Soekamto, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
·         Jadi hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi adalah sama-sama mempelajari mengenai fungsi individu dalam masyarakat serta mempelajari budaya dan kelompok etnik yang berada dalam masyarakat, hanya saja psikologi lintas budaya lebih kepada bidang psikologisnya.

  1. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ekologi
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
·         Hubungan antara psikologi lintas budaya dengan ekologi yaitu ekologi mempelajari mengenai interaksi yang baik dengan makhluk hidup maupun lingkungan yang beraneka ragam.
.
Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan ilmu lain
  1. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Indigenous
Indigenous psychology menurut Prof Kusdwiratri Setiono didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat.
Jadi perbedaan psikologi lintas budaya dengan Psikologi Indigenous adalah psikologi indigenous membahas mengenai isu yang mencerminkan kebutuhan realitas dari budaya setempat, sedangkan psikologi lintas budaya membahas isu serta konsep yang telah dikembangkan para ilmuwan.
  1. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Budaya
Psikologi budaya adalah studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial, mengekspresikan, mentransformasikan, meregulasikan dan mengubah psike manusia.

Perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Psikologi budaya adalah Psikologi budaya melihat bagaimana budaya dapat mentransformasikan dan mengubah psike seseorang, sedangkan Psikologi lintas budaya  melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik.

  1. Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari lima masalah mengenai makhluk hidup yaitu :
1. Masalah Perkembangan manusia sebagai makhluk biologis
2. Masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia, dipandang dari sudut cirri-ciri tubuhnya.
3. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.
4. Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
5. Masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat dan suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi pada zaman sekarang ini.
Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Antropologi adalah Psikologi lintas budaya  mempelajari persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Antropologi mempelajari bagaimana manusia dalam suatu masyarakat membentuk suatu kebudayaan.




Referensi: