Tuesday, November 6, 2012

Akulturasi Psikologis

Menurut Koentjaraningrat (dalam Prabowo, 1996), akulturasi adalah proses sosial yang timbul  apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan tersebut. Akulturasi, seperti didefinisikan oleh Prof. Stroink (dalam Berry, 1996), adalah proses dimana individu mengadopsi suatu kebudayaan baru, termasuk juga mengasimilasikan dalam praktek, kebiasaan-kebiasaan, dan nilai-nilai.

Perkembangan penting  dari studi tentang akulturasi didapat dari Graves (1967), yang membedakan akulturasi antara tingkat individu dan pada tingkat kelompok. Dia merujuk akulturasi psikologis  (psychological acculturation) mengindikasikan perubahan yang dialami pada tingkat individu,  dan perilaku serta identitas sebagai hal yang dihubungkan dalam perubahan sosial pada tingkat kelompok (dalam Berry dkk, 1996; 1999). Pada tingkat individu, semua aspek perilaku yang ada dalam individu akan dirujuk sebagai perilaku yang akan berubah, yang akan menjadi dua komponen perilaku dalam strategi akulturasi individu tersebut (Berry dkk., 1999), yaitu melindungi kebudayaan dan mempelajari kebudayaan. Kedua komponen tersebut jarang dapat dilakukan dengan sempurna dalam satu kegiatan, tetapi lebih sering keduanya dilakukan secara selektif, yang akan menghasilkan dua sikap, mempertahankan atau berubah.

Secara garis besar, ada dua faktor yang menyebabkan akulturasi dapat terjadi, yaitu:
Faktor Intern:
·         Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
·         Adanya penemuan baru. Discovery --- penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention --- penyempurnaan penemuan baru. Innovation --- pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
·         Konflik yang terjadi dalam masyarakat.
·         Pemberontakan atau revolusi
Faktor Ekstern:
·         Perubahan alam
·         Peperangan
·         Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).

Berdasarkan penjelasan diatas, menurut saya akulturasi psikologis adalah keadaan psikologis (individu) dalam mengalami perubahan-perubahan sosial. Misalnya, seorang karyawan yang bekerja di Yogyakarta dipromosi ke luar daerah (Medan) maka karyawan tersebut  mengalami perubahan sosial yang dimana memiliki kebudayaan yang berbeda. Dan karyawan tersebut lambat laun akan mengikuti kebudayaan di tempatnya sekarang seperti bahasa dan norma-norma yang ada. Akan tetapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya.


Referensi:

No comments:

Post a Comment